Monday, June 17, 2019

Bridal Review JJ Bride dan Catherine Bridal

Hi semuanya,

Setelah hampir setahun tidak menyentuh blog ini, akhirnya aku kembali duduk lagi didepan laptop dan mulai mengetik blog lagi.
Melanjutkan tentang topik kita yaitu pernikahan, sekarang saya mau review tentang 2 bridal ini.

1. JJ Bride

I've heard a lot of rumors about this bridal before came to visit the showroom. Nah pas waktu aku ikut pameran di JCC, booth JJ Bride ini salah satu booth yang paling ramai. semua kursinya occupied. Pas aku masuk ke boothnya, saking ramainya, ga ada yang approach aku, jadinya aku sama pasangan rada malas juga nungguin. So we didn't talk to them during the fair.

Banyak rumors yang bilang kalau salesnya JJ tuh agresive banget, pokoknya orang ga bisa say No deh. Dalam hati kami berdua, hebat banget salesnya, pakai jurus apa tuh. Ada juga rumor yang bilang kalau deal di pameran, JJ keluarin dressnya bagus-bagus, tapi pas sampe showroomnya, dressnya ga ada yang bagus. After hearing a lot of rumors, it didn't make us turned down. Intinya kami berdua pun penasaran juga seperti apa sih JJ Bride ini.

So, One day, aku dan pasangan pergi lah ke JJ Bride. Kami pun langsung di greet oleh sales yang super ramah. Memperbolehkan kami mencoba 5 dress tapi harus membayar 50.000. Tapi kalau kami langsung deal, uang 50.000 itu akan dihitung jadi bagian dari DP kami. 

Mereka nanya, saya mau dress seperti apa? lalu saya bilang, saya maunya dress yang ballgown dan model kemben. Lalu mereka tanya, apa saya tipe syahrini atau sandra dewi? haha saya langsung ketawa.

Lalu saya pun mencoba satu persatu dress yang mereka berikan pada saya. Dressnya cukup ringan jadi tidak membebani saya. Tapi dari semua dress yang mereka kasih ke saya, tidak ada satu pun dress yang membuat saya jatuh cinta. Saya merasa semua dress mereka itu warnanya tidak putih, melainkan off white. Putih agak kekuning-kuningan. Kata mereka, warna ini menyesuaikan dengan kulit orang asia. Apa pun alasan mereka.

Lalu setelah saya mencoba dressnya, saya pun turun kebawah untuk membicarakan harganya. Harga awal yang mereka berikan mahal-mahal. (saya lupa pasti angkanya). namun si sales ini memberikan harganya, kami sih hanya diam saja dan mengangguk2, lalu dy panggil supervisornya. mereka bilang, karena ini pertama kalinya kami datang ke JJ, kami diberikan special prices. lalu si supervisor mulai mencoret2 harganya jadi lebih murah. Potongannya cukup jauh dan cukup menggiurkan. Namun sayang, belum ada dress yang membuatku jatuh cinta. Mereka bilang, dress baru akan datang setiap bulannya, dan mereka akan memberitahu. It's too risky for me if I made a deal without seeing the dress. seperti membeli kucing dalam karung, pikirku.

Aku melihat foto foto prewed mereka. Menurut kami berdua, foto prewed dan make up dari JJ Bride bagus-bagus. Ini juga yang membuat kami ingin deal di JJ Bride. karena konsep nya yang simple seperti Korean style. Cukup elegant dan tidak norak.

2. Catherine Bridal

Ini adalah Bridal pertama yang aku kunjungi di pameran dan aku coba bajunya untuk pertama kali. Dress nya bagus dan terkesan berkelas. Terlihat dari jahitan dan embellishment dressnya yang elegant dan tidak murahan. Setelah aku datang ke JCC, aku dan pasangan menyempatkan diri untuk datang ke showroom mereka untuk mencoba bajunya lagi. Saat memakai dressnya, aku suka suka aja sih, tapi seperti setengah hati rasanya. Seperti I like it but I don't love it. So when we came, we didn't make a deal yet.

Lalu aku pun datang lagi bersama pasanganku dan orang tuaku untuk melihat dress baru yang kata salesnya baru datang. Tapi sama saja feelingnya, seperti belum jatuh cinta gitu. It may sounds dramatic, but that's the way it is. hehe.

Then salesnya bilang, nanti pas pameran akan ada dress baru lagi, nanti coba datang dan lihat aja. Bedanya sales di JJ dan Catherine , Sales JJ is very hard sale dan pengen banget kita deal saat itu juga bagaimana pun caranya. Kalau sales catherine itu lebih santai dan tidak hard sale sama sekali.

Cuma yang aku kurang suka dari Catherine itu adalah foto prewed dan make up nya. kalau dibandingkan JJ Bride, masih bagusan JJ.

kalau untuk harga, setelah dihitung-hitung, mereka berdua tidak jauh berbeda. JJ awalnya murah karena dy kasih harga gown yang standard, jumlah foto sedikit. nanti nambah-nambah lagi, jatuhnya mahal juga. jadi untuk harga mereka kurang lebih sama. 

so kegalauan ini is REAL! haha..

yang mana yang akhirnya aku pilih? 

Wednesday, August 1, 2018

Bridal Review Kaneta dan Ritz Tapei

Hola!

Sekarang aku mau bahas Bridal, karena menurutku Bridal ini lah yang membuatku galau dan bingung. Tapi sebelumnya, aku mau kasih tau alasanku dulu kenapa aku pilih bridal instead of designers.

Alasanku yang pertama adalah aku ga mau pusing cari-cari yang terpisah-pisah. Aku pengennya yang sudah 1 paket aja yang ada gown, make up dan photo prewed. Yang kedua, aku cari yang harganya worth it. Karena biasanya kalau sudah 1 paket itu harganya relatif lebih miring dibandingkan yang terpisah-pisah.

Tapi ada sisi ga enaknya juga nih, kadang disetiap bridal ada yang lebih menonjol salah satu bagian aja. Seperti contohnya dressnya bagus tapi fotonya kurang, atau fotonya dan makeup nya bagus tapi dressnya kurang. Itu lah contoh kekurangannya.

So without any further a due, let me start reviewing the bridals that i've been to.

1. Kaneta Wedding & Photography

Pertama kali tau bridal ini dari event Weddingku di JCC. Lihat-lihat sekilas dressnya yang dibawa ke pameran, tidak langsung jatuh hati. Cuma aku iseng tanya paketnya. Saat itu tahun 2017, aku ditawarin Blitz Package namanya. Berikut isi dari Blitz Package:

New Wedding gown
Bride & Groom Make up
Retouch Make up + Test Make up
Bridesmaid Make up
Prewedding Photo indoor & Outdoor
1 Album 20x30, 20 Pages
20 Photos edited
1 White Alphard Vellfire 10 hours
BONUS : Parents make up & Canvas + Frame 50 x 60
1 Photographer Liputan Hari H
1 Video 

Price: 28.880.000

Harganya lumayan banget kan sebetulnya?

Ada yang lebih lumayan lagi nih, kalau nambah 10 juta lagi aku dikasih gown yang upgrade, gown pemberkatan lagi yang simple, Bonus Foto studio family saat hari H.

I really think it was a good deal. Tapi kami berdua tidak secepat itu untuk deal di pameran. Kami datangi dulu showroomnya yang lokasinya di Jl. Pluit Timur Raya No.21.

Kami datang ke showroomnya showroomnya sekitar bulan oktober kalau tidak salah, saat itu banyak dress bagus yang sudah di booking orang jadi kami tidak bisa lihat. Tips buat kalian yang mau check dress bridal, datanglah di bulan-bulan yang tidak terlalu ramai wedding seperti desember, januari atau februari.

Saat kami datang, dress yang ada disana tidak ada yang sesuai dengan seleraku. Dressnya bagus-bagus sih, cuma ga ada membuatku jatuh cinta intinya. Tapi paketnya sih worth it banget yaa..

Kaneta juga menawarkan paket fotografinya saja seharga 7.880.000 untuk
1 album premier 20 x 30 (20 halaman), 20 photo edited, 1 framed canvas 50 x 60, 2 prewed gowns dengan make up dan hair do. Ijin lokasi pemotretan jika di outdoor tidak termasuk ya, jadi harus bayar lagi sendiri. Tapi kalau mau di studionya mereka bisa saja. Studionya cukup bagus kelihatannya.

2. Ritz Taipei Wedding

Aku pun tau Bridal ini dari Pameran Weddingku. Pertama kali lihat gownnya di pameran, langsung jatuh hati. Aku pun sempat coba juga gownnya disana. Duh pertama kali coba aja udah langsung jatuh hati. Aku juga dikasih lihat crownnya bagus-bagus banget.

Kami pun akhirnya datang ke Showroom Ritz taipei yang lokasinya di PIK. Aku pun mencoba 3 gaun berbeda. Semua gownnya bagus-bagus. Kebetulan yang aku coba semuanya yang ballgown. Detail dan bahannya bagus-bagus. Dan yang lebih penting lagi enteng saat dipakai walaupun dressnya panjang dan besar.

Untuk paketnya sebagai berikut

Paket Gown Lux (Gown, Make up dan pre wed)
Rp 33.333.000

Paket Gown Ritz (Gown, Make up dan Pre wed)
Rp 40.000.000

Baik gown Lux maupun Ritz itu sama-sama bagus kok. Cuma saat melihat foto prewednya, aku dan alwin kurang suka. lalu dari segi jarak dari kelapa gading ke PIK untuk make up dan retouch itu cukup jauh dan bolak balik. Mengingat macet di jakarta yang tidak menentu ya.. ngeri deh klo dah ngomongin macet jakarta.

Karena Aku sukanya gownnya saja, aku tanya dong harga paket Gownnya saja,

Gown Lux Rp 25.350.000

Gown Ritz Rp 32.100.000

Sudah lengkap dengan bolero, accessories dan lainnya.

Okay guys, disini aja udah mulai galau kan mau milih yang mana, next aku akan review beberapa bridal lagi di blog post yang berbeda ya.

Monday, July 23, 2018

Do's and Don't's datang ke wedding exhibition

Hi All,

Seperti yang aku bilang di blog post sebelumnya bahwa aku suka banget pergi ke wedding exhibition. Alasan aku suka pergi kesana karena di usually they decorated their venue semaximal mungkin. Jadi bagus banget dan bisa dapat ide kira-kira nanti mau nyelenggarainnya seperti apa.

So here I thought, I would write a blog about do's and dont's kalau datang ke wedding fair in my opinion.

Let's start with the Do's:

1. Bring a tote bag or canvas bag for your brochures
Saat nanti masuk ke pameran wedding, kalian pasti akan disodori banyak sekali brosur. It's okay, just grab them all and put it in your bag. Kalian ga akan pernah tau, kalian butuh atau ga di kemudian hari. Sesampainya dirumah, bagi-bagi brosurnya sesuai dengan kategori, lalu mulai deh baca-baca pas lagi santai.



2. Rencanakan vendor yang ingin kalian temui
Sebaiknya, sebelum ke pameran, tentukan dulu apa yang kalian ingin cari. Misalnya ingin cari undangan, bridal, honeymoon dan gedung. Nah vendor-vendor tersebut yang ikut pameran, bisa kalian google dulu atau search by instagram. Di dalam pameran itu ada ratusan vendor, ga mungkin dong kalian datangin satu per satu.. capek say..



3. Buka forum wedding
Selain research tentang vendornya, ada baiknya untuk baca forum wedding atau baca blog orang tentang vendor tersebut. Jika banyak yang merasa kecewa dengan vendor itu, artinya vendor itu tidak disarankan.

4. Ngobrol dengan vendor nya
Ini saatnya kamu ketemu dan ngobrol pertama kali dengan vendor nya. Mereka pasti akan jualan paket mereka. Biarkan saja mereka menjelaskan semua paket-paket,  cermati baik-baik angka yang mereka berikan. apakah sesuai budget atau tidak. Alwin and I agree that we must have sort of chemistry with the vendor. Jadi bukan cinta aja yg ada unsur kimianya, tapi sama vendor juga.. Harus ada sense of trust. Kalau awalnya aja udah ga ada kepercayaan, buat apa gitu.


5. Cobalah baju atau accessories mereka.
Jangan malu untuk coba baju atau gown di tempat pameran. Pegang dan rasakan bahannya. Cobain accessories mereka, kira-kira kalian ada bayangan tentang material yang mereka pakai. Apakah worth the price atau hanya kelihatan mahal saja. Jas pria pun begitu, pegang dan rasakan perbedaan setiap bahannya. Kalau ke vendor kue pun juga jangan malu untuk minta sample kue mereka ya.

6. Bawa pensil alis
Menurut pengalaman aku ya sis, kalau nyoba-nyobain baju tuh alis suka kehapus. Jadi pernah si alis udah hilang buntutnya setelah nyobain. hehe.

7. Bawa jaket dan comfy shoes
JCC itu dingin banget sis. Bawalah jaket atau pashmina biar ga kedinginan.


Now let's talk about the don't's

1. Don't eat too much before going to the fair
Jika kalian memang ingin mencari vendor catering atau gedung, jangan makan terlalu kenyang sebelum pergi, atau bahkan tidak perlu makan dulu. Karena disana, mereka menyajikan makanan. Dan jika kalian mau test food sekalian, siapkan perut yang kosong ya.


2. Don't pay anything before you are completely sure about it
Jangan termakan dengan promo-promo dari si vendor dan langsung membayar pada hari itu. Namanya juga marketing ya, mereka pasti melakukan segala cara untuk berjualan. Pameran wedding itu ada sekitar 4-5 kali dalam setahun dengan penyelenggara yang berbeda. Tapi harga promo mereka itu kurang lebih sama aja disetiap pameran. Malahan ada yang sama dengan di showroom. ga ada beda.

Kalau kalian memang ingin banget untuk deal disitu, datanglah di hari jumat lalu do the research on saturday. bahkan kamu bisa datangin showroonnya dulu, setelah yakin, kami bisa deal di hari minggu. Banyak yang ga mau ribet seperti itu, tapi lebih baik ribet di awal, dari pada nyesel di akhir.

3. Jangan malu untuk nego dan minta bonus bonus
yup, jangan ada rasa malu untuk minta bonus atau nego harga lagi dengan mereka. Kalau harganya sudah fix, kalian minta bonus sebanyak yang bisa kalian minta. hehehe.

Pengalamanku dan Alwin, pameran wedding pertama yang kita datangi adalah Bridestory di BSD. itu juga kita belum deal dengan gedung saat itu, klo ditanya tanggal pun kita belum tau. Kita datang kesana cuma buat tanya-tanya harga dan cari inspirasi lah.

Vendor pertama yg kita temuin disana adalah Jas wong hang. marketingnya menawarkan harga yang kedengarannya cukup menarik. Tadinya si Alwin sudah galau antara mau atau ga, tapi tidak secepat itu untuk membuat dy deal. Dy adalah tipe yang mau lihat dulu yang lain sebagai komparasi, baru memutuskan. Lalu kami ke tempat jas Abun, yang ternyata menawarkan jas yang lebih murah.

Yang dy tawarkan bukan real wool, karena klo real itu harganya pasti mahal. cuma maintainancenya susah skali. Wool rentan dengan jamur dan sangat panas jika dipakai di negara tropis. well, that is kind of make sense to us. Abun cukup jujur untuk bilang kalau kainnya bukan wool asli melainkan sintetik. Vendor jas lain yang ada Bridestory saat itu mahal-mahal. Alwin ga tertarik untuk lihat-lihat lagi.

Lalu gantian aku yang tanya-tanya ke gown, fotografi, souvenir dan undangan. I was just scanning and asked for brochures. At that time, I already knew I would go for bridal, instead of designer. Di bridestory banyak sekali designer-designer kondang maupun baru yang buka booth. So you can ask around.

Going home from bridestory with only brochures, we did not deal with any of the vendors. Tapi jangan sedih, Aku dapat cukup banyak freebies dari vendor-vendor. Ada gelas mug, tempat tisue, pouch dan lainnya.

Pameran berikutnya adalah Weddingku di JCC.

Disini lebih banyak bridal dibanding Bridestory. Aku disana nyobain banyak baju, lalu cobain banyak kue dan makanan. Dari siang sampai malam, muterin vendor-vendor weddingku. kalau kita capek, pasti kita balik lagi ke tempat catering-catering untuk isi bensin. hehe.

vendor-vendor di JCC kebanyakan itu vendor yang sudah lama berkecimpung di bisnis wedding. Kalau di Bridestory itu mix between the newbies and the oldies ones. Kalau dari segi trust, jujur aja aku lebih percaya dengan yang sudah lama dibanding yang baru. Bukan karena yang baru tidak professional ya.

Marketingnya Sandjaja (catering yang kami pakai) baik bgt, setiap ada Zuppa soup nya datang, pasti aku di whatsapp suruh datang ke booth. hehe. Enak bgt dingin-dingin makan zuppa soup hangat.

Setiap kita deal di vendor weddingku, kita pasti langsung tukerin dengan voucher. Karena voucher itu akan diundi dengan hadiah-hadiah menarik seperti TV, cincin, motor dan grand prizenya adalah mobil. Tapi sepertinya tangan kami berdua kurang beruntung. Sudah 3 kali kami datang ke weddingku, 3 kali juga kami pulang dengan tangan tidak bawa hadiah apa-apa. hehe.

Ada sedikit tips yang bisa kalian ikuti untuk dapat voucher banyak di weddingku JCC. 1 Voucher ditukar dengan bon transaksi dengan nilainya 500.000. Datanglah ke pameran di hari jumat, karena kelipatannya 3. kelipatan 2 dihari sabtu dan 1 voucher saja di hari minggu.
Jika kalian sudah cocok dengan vendornya, deal dengan 2 ktp yang berbeda karena 1 ktp hanya bisa maksimal 10 juta. jadi kalau mau bayar 20 juta, ya pakailah 2 ktp berbeda. Dan tukar lah di hari jumat ya.

Walaupun dapatnya banyak, kalau emang ga hoki ya ga dapat (seperti kami). Tapi klo sudah rejekinya, mau tukar sedikit pasti dapat. hehe

Ini dy penampakan voucher-voucher kami.. banyak tapi ga menang apa-apa.. haha




Kalau datang ke JCC, kami selalu parkir di Hotel Sultan, untuk menghindari macet saat keluar JCC.

It was a super fun experience, I'm sure I will miss it when I got married. well, Maybe after weddingku, aku akan datangnya ke pameran mother and baby. haha.

Alright, That's all for now. Next I will talk about bridal specifically the plus and minus in my opinion. So if you have any question, please comment here below. Take care!






Friday, July 20, 2018

7 steps yang harus dilakukan di awal perencanaan pernikahan

Hi All,

It's been ages I have not update my blog with something useful. So I thought I would just share about my wedding preparation from the first until the end. I hope It could be useful for those of you who wants to start planning their wedding. Since my wedding is in Jakarta, Indonesia. I thought I will just share it in bahasa Indonesia. So my Indonesian reader can relate.

Congratulation that you finally engaged and ready to enter the stage of planning a wedding. 
I will share based on my experience planning my wedding, here's 7 first steps that i did in the beginning of our preparation:

Yang pertama kali kami lakukan adalah menentukan tanggal.

Yup, tanggal adalah hal yang paling penting dong, kalau ga tau kapan mau nikahnya kan nanti ga bisa book gedung dll ya kaaan.. Tapi karena kami berniat menikah dengan adat Chinese - International, it means we need to look for The Good date (tanggal baik). In this case, Keluarga Alwin lah yang membantu menghitungkan tanggal sesuai dengan tanggal lahir, jam kelahiran dan shio kami berdua. Tapi karena kalender chinese nya belum keluar buat yang tahun depan (nah lho), jadi kita berdua research-research dulu nih mau weddingnya seperti apa. Tapi ada yang lebih penting dari pada research, yaitu menentukan Budget!



So yang kedua adalah menentukan Budget!

Nah ini dia nih yang penting. Kamu dan pasanganmu harus sama-sama berdiskusi, kira-kira kalian berdua mampunya dan ikhlasnya menyelenggarakan pesta dengan budget berapa. Dari budget inilah yang akan menentukan kualitas dan kuantitas pesta pernikahan kalian. Let's say, budget kalian 200 juta, nanti saat research vendor, klo ada yang offer harga bintang 5 itu kan udah ga perlu dilihat lagi, karena akan buang-buang waktu dan bikin mupeng.

Setelah kalian berdua sudah sepakat dengan budget ini, jangan lupa tambahkan 10% dari budget kalian untuk biaya tambahan dan tak terduga (i'll explain about this later).
Seperti yang aku bilang tadi, klo budgetnya dibawah 500 juta, ya vendor-vendor yang dipakai di hotel-hotel bintang 5 mah ga perlu lagi di save nomer nya atau di tanyain harganya. Kalau mau lihat inspirasinya sih masih boleh lah.




Yang ketiga adalah Reseach!

Sambil nunggu si tanggal baik kita keluar, aku dan Alwin research-research dari instagram, lihat teman-temanku pakai vendor siapa aja. Actually there will be never ending research sih, trust me. Because to get the best vendor with the best deals, you will need to do research and comparison.

Di bagian ini kami sudah tau kira-kira mau indoor atau outdoor, jenis dress yang mau dipakai, mermaid atau ballroom atau A-line atau kebaya. Temanya classic, rustic atau ellegant, atau traditional..

Kalau kalian pikir aku yang menentukan temanya dan yang visualisasiin semua, kalian salah. Alwin pun disini ikut mikirin maunya temanya seperti apa, tapi secara garis besar aja sih. Detailnya baru aku yang mikirin. This is really a teamwork.



Yang ke empat adalah datang ke pameran wedding

I don't know about you and your partner, but Alwin and I both enjoyed going to wedding exhibition. well, it's me who is the most enjoyed. Kenapa? karena menurut aku seru aja. Kita bisa keliling trus tanya-tanya paket. Dapat freebies dari vendor-vendor cuma dengan kasih alamat email dan ttd. I love freebies and don't forget the free food. haha. Pokoknya kalau ke pameran wedding, ga perlu makan dulu. karena nanti disana bisa coba-cobain makanan. Jangan lupa bawa tas tentengan yang agak besar untuk brosur-brosur yang bakal kamu ambil. I will talk about the do's and don'ts in separate blog dan pengalaman-pengalaman seru kita berdua datang ke pameran wedding.



Yang ke lima adalah datang ke showroom vendor atau gedung

Banyak orang yang sudah tergiur dengan iming-iming harga diskon vendor saat di pameran. Tapi kami berdua menguatkan hati dan iman kita untuk tidak deal apa-apa saat pameran pertama kalinya. yang kami lakukan adalah, kami ambil brosur mereka dan kami datangi satu persatu ke showroom mereka. Hal ini aku rasa penting, karena disitu kamu bisa lihat keadaan yang sesungguhnya. Seperti kalau bridal, kamu bisa lihat gown-gown mereka yang sebenarnya.

Kalau kalian mau lihat gedung, ada baiknya datang saat ada acara pernikahan disana, jadi kalian bisa ada gambaran seperti apa acara kalian nanti kalau diselenggarakan di gedung itu. Kalian pun juga bisa skalian test food saat ada acara.

Jangan seperti kami yang datang berdua ke Kemayoran untuk lihat gedung tanpa konfirmasi ke marketingnya, in the end kami bisa sih lihat-lihat ruangannya, tapi ga ada yang jelasin. plus kami pula yang nyalain dan matiin lampu nya sendiri. hehe. So, jangan lupa untuk janjian dulu ya sama marketingnya.


Yang ke enam adalah tentukan lokasi pemberkatan dan gedung pernikahan

Kalau Kami berdua awalnya menentukan gedung dulu mau dimana. Tapi sebelum menentukan gedung, kalian sekeluarga harus sepakat nih mau undang berapa undangan, lalu tanya ke pihak gedungnya kapasitas tamunya. Misalnya kalian mau undang 500 undangan ( dikali 2 = 1000 pax) , tapi kapasitas si gedung cuma 700 pax. Jangan memaksakan si gedung deh untuk melebarkan diri, karena cuma perut doang yang bisa melebar. hehe. Jadi solusinya antara cari gedung lain, atau kurangi jumlah undangan (klo ga mungkin, jgn dipaksa, bener deh)

Kami akhirnya deal untuk pakai gedung Arllyda Ballroom yang lokasinya Cabin Hotel Sunter.
Setelah deal dengan gedung itu, kami mulai cari gereja katholik yang ada disekitar daerah situ. Pilihan jatuh pada tiga gereja yaitu St. John bosco, St. Yakobus dan St. Andreas Kim tae gon.

Sebelum kami memilih gereja, tanggal baik pun sudah keluar. Setelah itu baru kami cocokan dengan availability of the gedung and those 3 churches. Pilihan mengerucut ke 2 gereja yaitu St. John Bosco dan St. Andreas Kim Tae Gon. Kalau dari harga bedanya sekitar 1.5 juta lebih murah St. John Bosco dan lokasi lebih dekat dari venue, tapi lebih tua gedungnya. Awalnya sempat galau juga, tapi akhirnya kami memilih St. Andreas Kim Tae Gon, walau pun lebih jauh sedikit, karena tempatnya lebih besar. Secara aku pengen pakai dress yang ballgown kan dan isle nya St. John Bosco lebih sempit, takut nyangkut sisss..


Yang ke tujuh adalah tentukan Catering

Jika gedung pilihanmu sudah ada rekanan dengan catering, kamu bisa coba test food dulu sebelum menentukan. Tapi jika kamu sudah ada referensi catering yang kamu suka dan sudah pasti mau pakai dy, kamu tinggal tanya rekanan gedung mereka apa saja. jadi semuanya itu bisa saling connected dan membuat hidupmu lebih mudah.

kalau kalian prefer restaurant or hotel over gedung, then you can skip this step.

Kalau pengalaman kami, awalnya kita berdua memilih cateringnya duluan yaitu catering Sandjaja. Alasan mengapa kita pilih catering itu simply because keluarga pihak alwin dulu pernah pakai catering ini dan makanannya lumayan lah. Price wise, it's also affordable to our budget. Lalu pihak catering mereferensikan gedung Arllyda Ballroom. After we check out the place, we all liked it and decided to use that venue. We didn't look anywhere else. 

Okay so these are the most important steps or foundation while planning a wedding that I can share for now.

My advice is do not, I say do not, deal with anything first other than venue. Why? karena perintilan yang lainnya itu bisa mengikuti dimana venue itu berada. Venue menentukan mobilitas kalian dari satu tempat ke tempat lain, apa lagi kalau kalian pakai bridal. Jangan lupa kalau kalian harus rebutan dengan para pengantin lainnya yang ingin menikah di tanggal itu dan tempat itu.

Best to deal with venue and church are 1.5 year before your wedding day. As crazy as it may sound, but this is the real world. The real wedding world. Be the first to choose, if not then you will be the one choosing what is left. hehe.

Kalau gereja lain atau tempat pemberkatan lain mungkin ga as strict as catholic church. So maybe you don't need to book 1.5 year before. So yeah, better to do research first ttg regulasi masing-masing tempat ibadah ya. By saying strict, I mean is They limit their wedding schedule on weekend, so in one day can only occupied 2 couples. Can you imagine, how we must compete with other couple to get the date and the time we want.

So I hope this is useful for you, if you have any question, please let me know by leaving on the comments or DM me or whatsapp. Any platform you like. I will be gladly answering your questions.






Wednesday, September 13, 2017

My experience working in Trans TV in 2011

Hi All,

It literally has been ages since my last posts. I have never thought of writing blogs again since I was working and being an employee. Here I'm going to share a little bit of my experience working in Media. I'm purely just sharing about my experience, I have no any bad intention towards anyone or any company what so ever.

The very first Job I applied was Trans TV and luckily I was accepted. I worked there for almost a year as a one of the creative team. My background was in production design course, so i thought it would suit me to work in media. Having background studying in the Philippines, I have a little bit struggle at first adapting with the Indonesian work ethic. Although it was not much of a different, but still I had to adapt to it. Everybody who is in a new place must adapt. That's what we all have to do.

Being excited on my first day, I arrived at the office before 9 am. I was brought to my working area at 8th floor by one of the HR staff. I remembered she told me to sit in one of the table right in from of my division head office because he was not around yet. I found out it was his PA's table, and yet the PA wasn't around as well. Then I was wondering, why is the whole floor is so empty. By empty i mean, no people around on working hour. I thought they were all on meeting or going for outing. But No, they were not arrived yet.

The office started to come alive at around 1 pm, or after lunch. So you can imagine, if they arrive at 1 PM, what time will they go home. I finally met my boss, the division head. He assigned me to a show that has not shown on TV yet, called Teater Komedi ( in English Comedy Theater). Then I met my new team. I wasn't sure if i can work in team, but i tried my best by at least being as friendly as possible and not forget their names. Oh wells, I don't think I would recall how did I go with that team. The first team that i met was okay, but as the time, the keep adding new people in and some new producers in. So as people want to be seen, they tried to compete to kiss the producers ass. So it was just me, left alone being the only new comers whom they see as rug (keset).

I did not enjoyed every minute working in that show, with the team i was assigned. We just don't have the chemistry. They were nice, some of them were bossy and think they were the senior therefore they are the best. not mention the working hour. Very "efficient", by saying efficient means they were ready for brainstorm at 6 PM until midnight. We were at the office at 11 in the morning already, but they prefer to not working i guess. Then I was forced by the situation to brainstorm in the room full of smoking people. Geez, they can not think without cigarettes on their mouth.

During the shooting was even worse. They did the set up of everything (props, lighting, camera, etc) all in one time. Also the actors were rehearsing at the same time. It was tiring physically and mentally.

One day, during one of the shooting, I don't know how and why, one of the other executive producer called me and shift me to other program. I was super happy, without even finishing my shooting, I run immediately to her room and received the good news. After that, I went straight brainstorming with my new team. The show called Semangat Pagi.

I enjoyed the team more in here. The down part was only because the show is everyday and live in the morning. So we had to rush to find new topics to discussed, find the interviewees or narasumber, then find actor or famous person who are similar to the topics and check their schedule if still available or not. Then I had to make the story line and rundowns. Those rundowns must be approved by so many people. Last, if my division head does not agree, we had to change it. The comment my division head gave me was my rundown was too sophisticated, he want more cheesy. I had no idea in the world how to be as cheesy as he would.

So, my project turned out was not only that. With all this and that and with all sleepless night and working almost 17 hours, I finally gave up. Aside from those tiring work, i had to deal with some seniors who only want credit of your works. I remember I had to finished the rundown with my team at 11 PM, then go home for some sleep and stand by again at the office at 6 AM. All of those working rhythm might be fun and enjoyable for some people who are passionate in Media and creative industry. By that time, I realized this is not my passion and not where I belong. So after I resigned, I never look back.

This is a few picture of me, staying late at night. still working. I remember the day when I chat with my friend while at the office. It was 10.30 PM and I was already used to staying late at the office. Then my friend ended the chat saying she needed to sleep because it was late already. Then I saw my watch thinking, she said it's late already, while I still in the office doing things that seemed normal for people who work in media. It touched my heart. I wasn't here for the pay (obviously), because I needed experience. And I thought I had it with me already, but I lost my connection to the outside world, my friends and family, and most importantly, my self. I had no time for my self.





I would never forget about this working experience ever in my life. I'm actually grateful to have it because it shaped me to become who I am now. I have learned so many things. True they said, this place is the place to learn not to earn.

PS: Oh, there's one more funny story about my senior who worked with me and the team in Semangat Pagi. She came to the office being the last one to arrive and then she left to pray (Shalat, in muslim), She went back 30 mins later. Then not in a long time, she left again for lunch. She was back after 2 hours. Then she left again for another prayer / Shalat for 1 hour. Then She was back and looking for afternoon snacks already. After we all finished with our work and ready for approval from our producers, She was back and sit in as if she was doing the work. I found out that this is how she survive working in media. So guys, if you want to survive working in media (in indonesia), maybe you can follow her way. hehehe!

Tuesday, March 26, 2013

cotton candy sky



One afternoon sunset, the sky was in color pink. I couldn't help it but to take picture of it. I really love it because it reminds me of cotton candy. I hope you all enjoy it as much as i do.

Monday, March 18, 2013

DIY Lip balm


Broken Lipsticks container? That's bad, because you won't be able to use it again properly, messy everywhere and worse thing is your lipstick maybe infected by bacteria and bad thing may come to your lips. That is definitely bad condition for us girls. It happened to me. My lipstick had accidentally fallen a few times and made my lipstick container dysfunction. I had a hard time closing it because it won't slide up or down. I ended up broke my lipstick. After that, it looked and felt weird on my lips. So, I decided to transfer it to a new container. You can use any kinds of small container. I prefer the portable one, the one that is lighter, easy to carry and smaller. Old contacts container will work, but of course you can be creative with things around you. 

 Here's the things that i used. I'm gonna show you how to make new tinted lip balm as well, that's why I used Petroleum jelly. Candle to melt down the lipsticks. Metal Spoon is where the lipstick going to be melted and tooth pick to stir or scoop it out of the container. I'm gonna be using Lip gloss to add glitters on my lip balm later on and of course you will need your Lipsticks.


When all the ingredients are gathered, you can start it off, by scooping out all of the lipstick from your old container to your metal spoon. Then light up the candle and bring your spoon on top of your candle. You have to carefully watch the lipstick as it melts down, because if the spoon gets too hot, the melted lipstick will start to boil, and that is not good. when it does starting to boil, remove from the direct flame from the cable and stir with your tooth pick. 

When it's all melted, you can carefully transfer it to your new container. In my case, i use my old contact lenses container. After you have transfer everything, tap it gently for a few times, to remove excess bubbles. 

On the other side of my container, I'm making a little tinted lip balm. I mixed my leftover lipstick, a bit of lip gloss and petroleum jelly. I used the same method by melt it down on the candle and tranfer it to my container as soon as it's all melted.


I told you to be more creative. You can use any small container around your house. You can even use a daily medicine container that has monday - friday boxes. This time, I found a very cute container. It's a tin candy box, small and light. It's perfect for my new lip balm. Since my spoon is not big enough to contain all of the lipstick and petroleum jelly, I changed the method a little bit. First, I transfer petroleum jelly and lip gloss as needed into my tin container. Then, I melted down my lipstick and transfer it directly to the tin container and mixed it up with the rest. And then, Voila!

My brand new Tinted Lip balm on a winnie the pooh tin container. All in one package. I got petroleum jelly to moisturize, lipstick to tint, and lip gloss to make it shine. I love it! 
Don't have to waste more money to buy new lip balm. beside, it has 3 in one benefits. 
I hope I inspire you to make one as well.








About Me